KESENIAN

SELAMAT DATANG
DI BLOG LooKM4N G4R3NG.
BLOG INI TERLAHIR KARENA KEINGINTAHUAN DAN KEHAUSAN
TENTANG KESENIAN

Selasa, 06 April 2010

Naskah " Piramus dan Tisbi"

PIRAMUS DAN TISBI

Sebuah Komedi Frahmen dari Drama “As You Like It”

Karya: W. Shakespeare

(Pyramus dan Tisbi)

Diterjemahkan oleh: Suyatna Anirun

Panggung / Arena kosong

Masuk seorang pengantar acara atau prolog;

PROLOG : Jika anda bertanya mengapa kami tampil di sini;

Harap anda yakin, penampilan kami dengan maksud baik;

Sekedar menampilkan kemampuan sederhana,

Yang disajikan buat yang pertama dan juga terakhir;

Sebenarnya kami ini sekedar kaul

Bukan sengaja buat menghibur anda

Maka menyesallah anda jika mengharapkan yang lebih

Maklumlah kami ini bukan ahlinya

Kini para pelaku sudah siap. Sementara nanti mereka beraksi

Beraksi, … anda akan menyadari

Bahwa semua menarik hati.

(IA MEMBERI ABA-ABA KEPADA PARA PEMAIN SUPAYA MASUK)

(MASUK PIRAMUS DAN TISBI, DIIKUTI OLEH TEMBOK, CAHAYA BULAN, ANJING DAN SINGA. MEREKA BERDIRI BERDERET SEPERTI PELAKU PANTOMIM.)

Tuan-tuan, jika anda heran mengapa kami tampil di sini,

Silahkan heran terus, sampai kami jelaskan.

Orang ini namanya Piramus, Jika anda ingin tahu.

Wanita yang cantik ini, tentu saja Tisbi namanya.

Orang ini, dengan coreng moreng di mukanya

Memerankan peranan tembok yang yang ada celahnya,

Celah tempat kedua kekasih memadu janji.

Melalui celah tersebut, kedua kekasih tidak puas hanya berbisik-bisik saja, hal itu tak mengherankan…

Dan orang ini, dengan lentera di tangan, seekor anjing dan seikat kayu bakar, memerankan cahaya bulan;

Karena, bukankah dalam cahaya bulan mereka memadu janji…?

Di makam Ninus mereka bertemu, mencurahkan isi hati

Binatang sera mini, maksudnya seekor singa.

Pada suatu malam, Tisbi yang malang datang kesana,

Sangat terkejut melihat singa, hampir semaput,

Ketika melarikan diri mantelnya terjatuh

Lalu dengan liarnya sang singa merobek-robek mantel itu dengan moncong berdarah.

Ketika Piramus datang dan menemukan mantel Tisbi yang koyak berdarah, disangkanya Tisbi habis dimakan singa

Dengan penuh duka dicabutnya pedang,

Dan dengan beraninya diturihnya dadanya.

Dan Tisbi yang tadi sembunyi di semak-semak muncul

Di ambilnya pedang itu, dan iapun matilah.

Dan selanjutnya, biarlah sang singa, cahaya bulan

Tembok dan kedua kekasih menceritakan kisahnya masing-masing.

(PROLOG MASUK DIIKUTI YANG LAINNYA, SI TEMBOK YANG TINGGAL)

TEMBOK : Dalam cerita ini ditentukan aku…

Siceraka, menjadi sebuah tembok,

Tembok yang, kalu boleh kukatakan,

Sebuah tembok tua yang sudah keropok dan berlubang.

Melalui lubang mana, kedua kekasih Piramus dan Tisbi

Sering berbisik-bisik dengan rahasianya.

Ini gambar kapur, pasir dan batu ini memperlihatkan bahwa aku benar-benar tembok, tembok yang dimaksud cerita,

Dan celah ini maksudnya lubang,

Tempat kedua kekasih malang berbisik-bisik dengan berdebar-debar

(MASUK PIRAMUS)

PIRAMUS : O Malam yang seram, O malam yang suram!

Oh, Malam yang selalu ada jika tak ada siang!

Oh, Malam, malam yang, oh, oh…

Kuraakan Tisbiku melupakan janjinya

Dan kau tembok, tembok manis yang baik;

yang berdiri antara rumah ayahnya dan rumahku,

Kau tembok, tembok manis dan baik,

perlihatkanlah celahmu tempat aku mengintip…!

(TEMBOK MEMBUKA CELAHNYA)

Terima kasih tembok yang agung, Tuhan merah matimu!

(PIRAMUS MENGINTIP MELALUI CELAH JARI)

Tapia pa yang kulihat? Tak ada Tisbiku disitu!

Oh kau tembok keparat, lubangmu tak memperlihatkan apa-apa

Semoga runtuh batumu karena kau telah menipuku!

(PIRAMUS MENYEPAK TEMBOK HINGGA TERPUTAR-PUTAR)

(MASUK TISBI)

TISBI : Oh, Tembok, sering benar kau mendengar ratapanku, karena aku pisahkan Piramusku dari padaku!

Bibir delima sering benar mencium batu-batumu,

Batu-batu yang disusun dengan aduk pair dan kapur.

PIRAMUS : Kurasakan suara: Kini aku akan mengintip agar ku dengar wajah Tisbiku. Tisbi!

TISBI : Kekasihku! Kupikir kaulah kekasihku!

PIRAMUS : Pikiorlah semaumu! Memang akulah kekasihmu.

Dan seperti Romeo aku tetap setia padamu!

TISBI : Dan aku seperti Yuliet sampai akhir hayatnya.

PIRAMUS : Seperti Rama kepada Sinta aku padamu!

TISBI : Akupun seperti Sinta kepada Rama selalu setia!

PIRAMUS : Oh, ciumlah aku melalui celah-celah tembok ini!

(MEREKA MENCIUM CELAH-CELAH DINDING)

TISBI : Oh lubang yang kucium, bukan bukan bibirmu sama sekali.

PIRAMUS : Maukah kau menemuiku, di makam Ninus?

TISBI : Hidup atau mati, aku segera datang!

(PIRAMUS KELUAR KE KANAN, TISBI KELUAR KE KIRI).

TEMBOK : Begitulah aku si tembok telah berjasa. Setelah begini sebaiknya aku pergi saja. (PERGI)

(MASUK SINGA, CAHAYA BULAN DAN ANJING)

SINGA : Nyonya-nyonya, hatimu yang lembut mudah takut bahkan melihat hantu tikus yang paling kecilpun.

Silahkan menggigil ketakutan karena melihat aku di sini.

Jika singa meraung dengan jalangnya.

Maklumlah saya ini… (NAMA PELAKU)

Seorang guru SD di…

Bukan singa sama sekali, bukan pula singa kejajaden,

Saya kebetulan ditugaskan menjadi singa,

Sebuah tugas yang sial bukan?

Tapi biarlah, sekarang si Bulan mau bicara.

BULAN : (GUGUP) Lentera ini maksudnya cahaya bulan…

Lentera ini cahaya bulan…

Aku sendiri disuruh jadi bulan, eh, berperan jadi, eh… (AKU GUGUP)

Apa yang bisa aku katakana adalah, lentera ini cahaya bulan

Dan aku orang yang ada di bulan, eh…

Dan kayu baker ini punya saya, dan anjing ini…. Anjing, saya… eh.. eh…

(MASUK TISBI)

TISBI : Ini dia makam Ninus, dimanakah kekaihku…?

SINGA : (MERAUNG)… oh…

(TISBI MENJERIT DAN MELARIKAN DIRI, MANTELNYA JATUH. SINGA MENGOYAK-KOYAK MANTEL TERSEBUT. LALU KELUAR).

(MASUK PIRAMUS)

PIRAMUS : Bulan manis, terima kasih atas cahayamu

Terima kasih karena kau bersinar terang sesekali,

Karena dalam cahayamu kemilau agung itu

Dapat kulihat wajah Tisbiku yang manis.

Tetapi apa ini?

Astaga, sungguh malang

Kejadian ngeri, apa yang terjadi!

Mataku, kau lihatkah?

Betapa mungkin?

Oh malang! Oh sial!

Mantelmu yang indah,

Berlumuran darah!

Kemarilah, nafsu amarah!

Oh nasib, datanglah, datanglah!

Tumbuk dan tindas

Hantam dan gilas, lindas tandas!

(MENGAMUK SENDIRI)

Oh alam, mengapa kau ciptakan singa?

Singa buas telah memakan kekasih hatiku.

Oh, kekasih hati, kekasih tercantik

Kekasih tersayang, kini tiada, tiada, tiada…

(MENANGIS)

Air mata, enyahlah!

Pedangku, cabutlah nyawaku

Bunuhlah sipiramus

Nah, tikam, tikam, tikamlah

Dimana hatiku berdetak

Biarlah aku mati

Biarlah aku mati, oh, oh

Sekarang aku mati

Aku mati

Jiwaku melayang di udara

Lidahku, kelulah

Bulan, enyahlah!

Kini aku mati, mati, mati, mati, mati, mati…

(BULAN KELUAR. PIRAMUS MATI)

(MASUK TISBI)

TISBI : Tidur, merpatiku?

Oh, mati sayangku?

Piramus, bangkitlah!

Bicaralah, kau bisu?

Mati, mati

Nisan harus menutup matamu yang manis?

Bibir yang bagus ini

Hidung yang bangir ini

Dahimu kemilau

Kini tiada, tiada, tiada…

Yang sedang pacaran, marilah merintih…

Matanya yang hitam kini sudah redup

Oh, Dewi Trimurti

Kemarilah !

Dengan matamu yang putih bagai usu

letakkan dengan kasih sayang

pada rambutnya yang hitam berombak

Lidahku, kelulah

Inilah pedangnya;

Tikamlah dadaku, tembus

Selamat tinggal kawan-kawan

Tisbi maumati

Bye, bye, bye…

(CAHAY BULAN DAN TEMBOK MUNCUL LAGI, JUGA SINGA DAN ANJING, MEREKA MENGGOTONG MAYAT KELUAR

0 komentar: