KESENIAN

SELAMAT DATANG
DI BLOG LooKM4N G4R3NG.
BLOG INI TERLAHIR KARENA KEINGINTAHUAN DAN KEHAUSAN
TENTANG KESENIAN

Rabu, 17 November 2010

Naskah ANJING ANJING MENYERBU KUBURAN

ANJING ANJING MENYERBU KUBURAN
Karya : Puthut Buchori
Diadaptasi dari cerpen karya : Kuntowijoyo

Babak I
TIDAK SEPERTI HARI BIASA, KUBURAN DESA ‘GIRILOYO’ YANG TERLETAK DI PERBUKITAN DESA GIRI GARING MENJADI RAMAI OLEH WARGA DESA YANG MENANGKAP TANGAN PENCURI MAYAT. WARGA MENCOBA MENGHAKIMI DAN MENGHUKUM PENCURI MAYAT DENGAN ANEKA MACAM PERTANYAAN YANG SESEKALI DISERTAI PUKULAN, HANTAMAN KE ARAH MUKA DAN TUBUHNYA.
WARGA 1 : Oh iblis, setan alas, demit gentayangan. Dasar manusia tak punya martabat, tega-teganya mengganggu mayat. Orang sudah mati kok ya di ganggu.
WARGA 2 : Ngaku saja mas, kamu mau mencuri mayat ini tho?
WARGA 3 : Tidak mau ngaku ?, (SAMBIL MEMUKUL KEPALA PENCURI MAYAT) nih… rasakan bogem mentahku.
WARGA 2 : Pasti kamu cari pesugihan.
WARGA 1 : Kasihan kan keluarganya, kalau jenazah yang sudah coba diistirahatkan, kamu permainkan seperti itu..!
WARGA 4 : (MENGAYUNKAN SEPOTONG BAMBU KE TUBUH PENCURI) Oh, kanibal ! Pemakan Bangkai !
PERONDA 1 : Kamu bukan warga sini ya ? Kamu pendatang ya ? kamu mau mengganggu ketenangan warga sini ya ?
PENCURI MAYAT : (HANYA DIAM)
WARGA 5 : Sedari kalau tadi ditanya baik-baik tidak mau menjawab, hanya diam, gelang-geleng kepala. Kurang ajar ! kamu nantang warga sini ya ? (SEMAKIN MARAH DAN LANGSUNG MEMUKULI PENCURI MAYAT. KEMUDIAN DIIKUTI WARGA LAIN YANG KEMUDIAN BERKEROYOKAN IKUT MENGHAJARNYA).
PERONDA 1 : Ayo, ngaku saja ! daripada badanmu aku remuk seperti peyek kepinyak !
PENCURI MAYAT : (HANYA DIAM, BIAR BAGAIMANAPUN TETAP PADA POSISI SALAH, DAN TAK MUNGKIN MELAWAN WARGA DESA YANG BANYAK JUMLAHNYA).
WARGA 5 : Huh ! Gregetan aku. Ditanya baik-baik nggak mau ngaku, dipukuli juga nggak mau buka mulut. Ayo kita kubur saja hidup-hidup biar tahu rasa !
PARA WARGA : (BERSAHUTAN) Ayo. Kita kubur biar merasakan jadi orang mati. Aku siapkan galian. Dikubur saja bersama kuburannya Lik Rukmini yang mau dicuri. Ayo, ayo !.Biar tahu rasa.
KEMUDIAN PARA WARGA BERRAMAI-RAMAI MENGANGKAT PENCURI MAYAT, HENDAK DIBAWA KE DALAM KUBURAN.
WARGA 5 : Orang seperti ini, tidak perlu dikasih hati. Biar jadi pelajaran bagi yang lain.
DARI KEJAUHAN PAK AMAN DAN PAK LURAH DATANG DIIKUTI WARGA 6, MENCOBA MENCEGAH PERBUATAN MAIN HAKIM SENDIRI TERSEBUT.
PAK AMAN : Hoei ! ! berhenti ! Stop !! jangan main hakin sendiri, jangan semena-mena.
PERONDA 2 : Kita harus memberi pelajaran pada maling ini, Pak Aman.
PAK AMAN : Jaman merdeka kok, masih ada yang main hakim sendiri.
PERONDA 2 : Kita nggak main hakim sendiri kok. Kita main hakim bersama-sama. Ya tho ?
PARA WARGA : Ya, Benar.
PAK AMAN : Alah, sama saja. Kalau mau jadi hakim, mau menghukum orang, mau mengadili orang, pakai sekolah dahulu.
WARGA 6 : moh larang !.
PAK AMAN : Hus! Bicara kok waton.
WARGA 6 : Waton bener tho pak?.
PAK AMAN : Sudah, sudah. Sebagai warga yang baik, yang berbudi, beretika, luhur hati, kita harus dapat bertindak arif. Tidak main pukul seenaknya. Main gebug sekenanya. Kasihan kan ?
WARGA 1 : Pak Aman, nggak usah pidato panjang lebar tentang etika, sopan santun dan thethek bengek lainnya. Sebab yang kita hajar ini adalah orang yang tidak punya etika, nggangguin orang yang sudah mati. Orang ini nggak punya sopan santun, menggali kembali kuburan orang mati. Apa pantas, orang seperti itu dikasihani ?
WARGA 5 : (HENDAK MEMUKUL LAGI) Oh dihajar lagi saja !!
PAK AMAN : Husy ! Sebentar tho! Kok terburu-buru main pukul.
WARGA 5 : Emosi pak ! emosi ! Panas nih pak, panas ati ini. Sebagai keponakan lik Rukmini saya tidak terima.
PAK AMAN : Emosi ya emosi, tapi ya mbok yang terkedali. Kalau kalian main aniaya seenaknya pada orang ini, kalian tak ubahnya orang ini. Orang ini menganiaya, menyakiti orang mati, kalian malah menganiaya, menyakiti orang hidup yang sudah tak mampu melawan seperti ini.
WARGA 1 : Pidato lagi…., ceramah lagi…., Oalah pak Aman, kalau mau pidato berbusa-busa, besok saja pas rapat desa, pidatolah sepuasnya.
PAK AMAN : Waduh, waduh. Orang kalau sudah pada emosi, panas semua, diluruskan tetap saja pingin bengkok. Kalau dikasih tahu, malah mental. Malah ngelawan (KEPADA PAK LURAH) Bagaimana pak Lurah ?
PAK LURAH : Ya sudah, sudah. Mari kita selesaikan secara baik-baik, tidak ada yang diuntungkan, tidak ada yang dirugikan.
PERONDA 2 : Sudah jelas-jelas bersalah, sudah jelas-jelas orang ini merugikan, mengusik ketenangan warga, memperkeruh suasana duka pihak keluarga lik Rukmini, mau diapakan lagi pak Lurah.
PERONDA 3 : Diputuskan langsung saja pak Lurah, nggak usah ditimbang-timbang lagi permasalahannya.Dikubur hidup-hidup, atau digantung.
PAK AMAN : Idih… Sadis!
PERONDA 3 : Sudah gamblang kok pak Lurah, kalau orang ini jelas-jelas pencuri mayat, untung saja ketahuan.
PAK LURAH : Itu kan menurut pendapat kalian. Siapa tahu dia punya pendapat berbeda.
WARGA 4 : Ya terang saja dia punya pendapat berbeda, masak ada maling ngaku maling.
PAK LURAH : Iya.., iya, sabar. Berilah saya kesempatan untuk mengusutnya. Dan kalau memang benar dia pencuri mayat, ya kita serahkan ke pihak yang berwajib. Tetapi kalau dugaan kalian salah, dan dia justru malah penyelamat mayat dari serbuan anjing-anjing liar, kita seluruh warga desa malah berdosa. (KEPADA PENCURI MAYAT) Mas, namanya siapa? Dan tampaknya mas bukan warga desa sini, mas dari mana?
PENCURI MAYAT : (MASIH DIAM, BELUM BERANI BUKA MULUT)
WARGA 5 : Ayo ngomong !
WARGA 1 : Ya begitulah pak Lurah, ditanya baik-baikpun juga tidak mau menjawab.
PAK LURAH : Ya tunggu sebentar, barangkali dia masih shock, masih menahan sakit karena kalian pukuli.
PAK AMAN : Ayo bicara mas, kalau Sampeyan jujur, akan kami lindungi.
PAK LURAH : Ayo mas. Saya Lurah di sini, saya yang bertanggung jawab di desa ini. Ceritakan semua yang terjadi menurut versi sampeyan.
PARA WARGA : (BERSAHUTAN) Ayo ngomong! . Jujur saja mas !. Iya dari pada dipukuli lagi! . Gak usah ngarang-ngarang!. Ayo bicara.! Ngaku, terus terang!.
PAK LURAH : (BERUSAHA MENENANGKAN WARGA YANG EMOSI) Iya…, iya… biar dia mengatur nafas dulu.
WARGA 5 : (MENGANCAM DENGAN PUKULAN) Ayo ngomong ! Tak jotos lagi kalau nggak ngomong. (GERAM) Sudah ada pak lurah belum mau ngomong juga.
PENCURI MAYAT : (MENCOBA BICARA DENGAN SEGALA KETAKUTANNYA) Begini, pak…..
LAMPU BLACKOUT

Babak II
FLASHBACK KE KEJADIAN SEBELUMNYA.
DI POS RONDA YANG LETAKNYA TIDAK JAUH DARI KUBURAN DESA, TAMPAK BEBERAPA PERONDA YANG SENGAJA MENJAGA KUBURAN BARU LIK RUKMINI, WANITA SETENGAH BAYA YANG MENINGGAL MALAM SELASA KLIWON.
MALAM ITU, KABUT DINGIN MEMBUAT DESA JADI SENYAP. HANYA SUARA ALAM YANG TERDENGAR. UNTUK MENGUSIR KANTUK DAN RASA TAKUT, DITEMANI LAMPU PETROMAK, PARA PERONDA MEMECAH KESUNYIAN DENGAN NGOBROL PENUH CANDA SAMBIL MAIN KARTU.
PERONDA 1 : Wah dingannya, seperti kemulan es.
PERONDA 2 : Ya kalau mau anget, ya kemulan kompor.
PERONDA 1 : Kalau kompornya Mbok Darmi aku mau, ngekep kompor sekalian orangnya.
PERONDA 3 : Huh, ngaco. Bicaramu ngawur. Gak usah mimpi ngekep mbok Darmi, di keplak kang Paimin tunangannya, baru kapok kamu.
PERONDA 1 : Wuih, mbok Darmi, Penjual soto yang janda kembang itu, sudah mau kawin lagi tho?
PERONDA 2 : Lha kamu itu yang ketinggalan spoor.
PERONDA 1 : Wah terlanjur mimpi je. Ngapeli mbok Darmi, jalan-jalan bergandengan, asyik-asyikan, indehoy semalaman. Asyoi pokoknya.
PERONDA 2 : Makanya sesekali dengar gossip.
PERONDA 4 : Yo main kartu. (MENGAMBIL KARTU DAN MULAI MENGOCOKNYA)
PERONDA 3 : (KEPADA PERONDA 1) Kang Dalimin, kalau masih kedinginan dan pingin peluk-pelukan, tuh sama lik Rukmini, yang barusan dikubur, dijamin masih anget, dan dijamin pasrah total.
PERONDA 1 : Husy! Jangan ngawur kalau ngomong. Kwalat.
PERONDA 4 : (SAMBIL MEMBAGI KARTU) Kang Sukri, jangan mengada-ada kalau ngomong, ntar diprimpeni lho.
PERONDA 3 : Takut ya?
PERONDA 4 : Kalau takut sih, tidak kang. Cuma gemetaran sedikit.
PERONDA 3 : Sama saja, itu juga takut namanya. Jangan ngompol lho.
PERONDA 4 : Sudah kang, jangan cerita tentang lik Rukmini lagi. Cerita yang lain saja. Cerita Desi Ratnasari atau Tamara Blesinsky.
PERONDA 1 : Wah, justru yang paling asyik itu, cerita lik Rukmini. Kita harus menelusur sebab musabab kematiannya, kenapa matinya bisa pas malam selasa kliwon. Apa dia mati dengan sendirinya secara alamiah, apa dia mati disantet.
PERONDA 2 : Yang jelas ya mati kehabisan napas.
PERONDA 1 : Ya jelas orang mati itu kehabisan napas. Maksudku itu kenapa lik Rukmini mati masih di usia semuda itu, padahal sebelumnya dia tidak pernah mengeluh apa-apa. Tidak pernah sakit yang serius. Paling juga hanya flu dan penyakit panu.
PERONDA 2 : Menurutku sih, entah dia mati disantet atau bukan, nggak usah kita pikirkan, yang jelas dia mati karena sudah garisnya Gusti. Nggak usah repot-repot mikir. Mati ya mati. Apa kalau kita mau menelusuri sebab kematiannya, terus lik Rukmini tidak jadi mati?
PERONDA 4 : Wuih, malah nambah nakut-nakuti kamu kang.
PERONDA 1 : Namanya juga orang penasaran, kalau belum ketemu jawabannya, rasanya belum titik otakku ini.
PERONDA 2 : Idih, sok polisi kamu.
PERONDA 1 : Soalnya lik Rukmini….
PERONDA 4 : Sudahlah kang, Desi Ratnasari saja, atau Tamara Blesinsky. Cerita soal mbak murti juga boleh asalkan jangan cerita tentang lik Rukmini, jangan cerita tentang malam selasa kliwon. Sudah merinding nih kang.
PERONDA 1 : Wah kalau tidak kita bahas, nanti kamu tidak tahu, kenapa kita bersusah payah, ronda, berjaga siang malam selama tujuh hari tujuh malam di depan makam ini.
PERONDA 4 : Memangnya kenapa kang?
PERONDA 1 : Nah bener kan ? Nggak tahu. Makanya kamu harus tahu le. Biar nggak sia-sia rondanya.
PERONDA 2 : Alah, sok tahu kamu.
PERONDA 1 : Wuih, bener lho. Wanita yang matinya malam selasa kliwon seperti lik Rukmini ini, harus kita jaga.
PERONDA 4 : Kok gitu kang?
PERONDA 1 : Supaya tidak dicuri.
PERONDA 4 : Yang bener kang, Masak nyolong mayit ?
PERONDA 1 : Wheladalah, gak percaya?
PERONDA 2 : Kalau mau serius nyolong, mbok ya itu, nyolong televisi, motor, mobil, kulkas atau apa kek, kok mayat?
PERONDA 1 : Ini, sungguh lho !
PERONDA 3 : Masak iya?
PERONDA 1 : Nah, ini. Konon, katanya kabar burung sesuai isu yang berkembang, mbah Surip dukun gunung srinthil, tetangga desa kita, pernah bilang, bahwa mayat wanita yang matinya malam selasa kliwon, dapat dijadikan sarana pesugihan, mencari kekayaan dengan jalan pintas.
PERONDA 2 : Anyak ! Tenane ?
PERONDA 1 : Whe Lha sungguh. Sebab wanita yang mati malam selasa kliwon itu punya daya, punya cahaya yang berbeda, memiliki kekuatan mistis.
PERONDA 4 : Jadi tambah merinding.
PERONDA 2 : Jangan percaya, le. Itu hanya kentut.
PERONDA 1 : Percaya silahken, tidak ya sumonggo. Ngomong kok dikira kentut.
PERONDA 4 : Pesugihan itu bagaimana tho kang?
PERONDA 1 : Pesugihan itu adalah sarana supranatural yang membantu orang bisa sugih, kaya raya. Tanpa harus bekerja keras, uangnya akan mengalir dari bawah bantal di kamarnya.
PERONDA 4 : Berarti hanya leha-leha bisa dapat duit banyak ya ?
PERONDA 1 : Persis, Tepat. Tetapi biar tidak kelihatan mencolok kalau punya pabrik uang di bantalnya, ya orang-orang semacam itu biasanya pura-pura buka warung kecil-kecilan atau apalah…
PERONDA 4 : Wah penak ya, di jaman orang kesulitan cari duit, di masa orang pusing bayar sekolah, di dunia paceklik sekarang ini, bisa punya mesin uang dari bantal.
PERONDA 1 : Iya, bantal ! Bayangkan.
PERONDA 4 : (HANYA BISA MEMBAYANGKAN TERHADAP HAL-HAL YANG TAK MUNGKIN TERJADI)
PERONDA 3 : Tetapi jangan ditiru. Syirik. Bertentangan dengan agama.
PERONDA 2 : Kalau pingin dapat uang banyak, ya kerja keras. Aku ini meski hanya bekerja narik becak, tetapi aku bangga, bisa mencukupi kebutuhan anak istri, aku bangga karena uangku halal.
PERONDA 1 : Selain itu, jangan dikira dapat pesugihan itu gampang.
PERONDA 4 : Memangnya harus ngapa kang?
PERONDA 1 : Wah angel. Ada yang harus bersemadi tujuh hari tujuh malam, dengan aneka macam godaan.
PERONDA 2 : Digoda, kenyo tanpo busono.
PERONDA 1 : Tidak hanya itu, ada yang pas semedi dikeroyok ribuan semut, dikeroyok macan yang gede-gede, disatroni singa yang galak-galak, ada yang merasa dibanjiri sampai terbenam dalam darah dan kotoran. Dan biasanya di akhir semadinya didatangi kakek-kakek yang memberi wangsit.
PERONDA 4 : Lantas kenapa yang dicari adalah wanita yang mati di malam selasa kliwon?
PERONDA 1 : Kata para orang pinter, selasa kliwon itu adalah hari anggoro kasih, hari keramat, sakral.
PERONDA 4 : Ooo….
PARA PERONDA KEMBALI ASYIK BERMAIN KARTU. SEMENTARA DI SUDUT LAIN DI AREAL TANAH KUBURAN, ADA SEORANG LELAKI MEMAKAI CELANA DAN BAJU TENTARA LUSUH, DENGAN LENGAN DIGULUNG SAMPAI ATAS, BERKOMAT-KAMIT SEDANG MEMBACA MANTERA. DENGAN TIDAK MENGGUNAKAN ALAS KAKI, IA TELUSURI TANAH KUBURAN BARU LIK RUKMINI.
PENCURI MAYAT : Permisi eyang penjaga kubur, cucumu mohon ijin masuk, dan meminjam salah satu wargamu. Hong ilahing, hong ilahing hyang kang kuasa ing bumi. Dengan jimat aji sirep begananda, ijinkan anakmu melepas gangguan orang-orang yang terjaga. Ijinkan anakmu membuat orang-orang penjaga menjadi lena, terbuai mimpi dalam tidurnya. Seperti halnya aji sirep begananda diturunkan Raden Indrajit dari Alengka Diraja untuk menidurkan prajurit Rama Wijaya.(DILANJUTKAN DENGAN MEMBUAT GERAKAN SAKRAL UNTUK SYARAT DOA DAN MANTERANYA)
SEMENTARA DI POS RONDA, SEBAGIAN PERONDA SEMAKIN ASYIK DENGAN PERMAINAN KARTUNYA.
PERONDA 3 : Nih, As !!! mampus kalian semua. K.O. Keok.
PERONDA 1 : Semprul !
PERONDA 2 : Ngocok lagi, ngocok lagi.
PERONDA 4 : Kang malam ini kok aneh ya, tidak seperti biasanya.
PERONDA 1 : Takut ya?
PERONDA 2 : Kalau takut pulang saja sana.
PERONDA 4 : Jangan gitu kang. Aku merasa aneh tenan.
PERONDA 2 : (MEMBAGIKAN KARTU) Ayo mulai lagi.
PENCURI MAYAT : Rem.. rem sidem premanem, rem rem sidem premanem, rem rem sidem premanem, kiblat papat, lima pancer. (MENABURKAN BERAS KUNING KE EMPAT PENJURU MATA ANGIN, DAN TERAKHIR MENEBAR BERAS KUNING KE ARAH PARA PERONDA) Semoga beras kuning pemberian eyang guru bekerja sesuai rencana.
PERONDA 2 : (KEPADA PERONDA 4) Nah ayo gentian, Sekarang kamu yang ngasut le.
PERONDA 4 : Wah diapusi wong-wong tuwa.
PERONDA 4 SETELAH MEMBAGIKAN KARTU TERAKHIR, LANGSUNG ROBOH TERTIDUR PULAS.
PERONDA 4 : (MENGUAP LEBAR) Oahem suk ruwah mangan apem.
PERONDA 3 : Wah, Bocah kurang ajar, habis bagi kartu terus ngorok. (TANPA SADAR MENGUAP LEBAR, DAN TERTIDUR DI POS RONDA)
KEMUDIAN SALING MENYUSUL PERONDA YANG LAIN, IKUT TERTIDUR PULAS.
PERONDA 1 : Bagaimana tho kalian ini? Disuruh ronda malah pada tidur.(MENGUAP DAN TERTIDUR).
PENCURI MAYAT : Ampuh juga, beras kuning, pemberian eyang guru. Hebat, betul-betul hebat, bisa sesepi ini, bahkan suara binatang-binatang malampun jadi bisu semua, hebat, sungguh hebat.(BERJALAN MENUJU POS RONDA DAN MEMATIKAN PETROMAK). Sekarang aku bisa mulai bekerja meneruskan langkah selanjutnya, menggali kubur ini. Mudah-mudahan tanahnya empuk dan bisa digali dengan tangan.
KETIKA PENCURI MAYAT HENDAK MULAI MENGGALI TANAH, DI KEJAUHAN TERDENGAR SUARA KENTHONGAN DIPUKUL.
PENCURI MAYAT : Astaga, ada yang belum terjangkau aji sirep begananda ini. (BERLARI KE BEBERAPA ARAH, MENGAMATI SEKELILING TERDEKAT DAN TAMPAK AMAN) Ah tapi suara kenthongan itu arahnya dari jauh, pasti tak akan tahu apa yang aku perbuat di sini. (MULAI MENGGALI TANAH KUBURAN LIK RUKMINI DENGAN TANGAN)
PERONDA 1 : (MENGIGAU DAN BANGUN) Mbok… mbok Darmi (TERTIDUR LAGI DI DEPAN POS RONDA)
PENCURI MAYAT : Kurang ajar, hanya nglindur, ganggu orang usaha saja. (KEMBALI BERUSAHA MENGGALI TANAH KUBURAN LIK RUKMINI). Aku harus berhasil, harus berusaha keras menggali kubur ini dengan tanganku, biarpun tangan ini lecet, kotor, tak apa. Sakit ini hanya untuk sementara. Tetapi lihat saja hasilnya nanti, kalau aku sudah berhasil menggigit kedua telinga mayat ini, oh… lihat saja. Aku pasti akan kaya raya. Aku pasti bisa mendandani istriku dengan sepasang subang emas berlian di telinganya. (MENGGALI TANAH SEMAKIN DALAM) Di tangannya melilit ular-ularan dari emas. Giginya emas…(TERUS MENGGALI TIADA HENTI) Ah tidak, bukan gigi emas, gigi emas sudah kuno.(MENGGALI DAN MENGGALI) Akan aku hiasi lehernya dengan kalung emas yang berat, cincin, gincu yang mahal, bedak yang bagus seperti artis-artis sinentron (MENGGALI DAN MENGGALI). Anak-anakku pasti tidak akan diejek lagi kalau sekolah, karena kemarin-kemarin kalau ke sekolah tidak pakai sepatu, akan aku belikan sepatu yang paling mahal seperti yang diiklankan di televisi. Uang SPP-nya tidak akan nunggak, aku bisa beli truk untuk usaha adikku yang bungsu, bisa beli rumah yang bagus, tidak kesulitan jika ada sumbangan ini sumbangan itu. Semua pasti beres, beres… res… res… (MENGGALI SEMAKIN DALAM) Uh terlalu sempit mereka menggali kuburan.(KETIKA SUDAH HAMPIR SAMPAI DI PAPAN JENAZAH) Nah kekayaan itu hampir tiba.
PERONDA 1 : (MENGIGAU LAGI) Mbok darmi… mbok… ayo tho…., dimana tho kamu. Mbok… Mbok Darmi…
PENCURI MAYAT : (KESAL) Mbok Darmi ke Singapur beli kacang goreng.
PERONDA 1 : (KEMBALI TERTIDUR) Oooo….
PENCURI MAYAT : Ah semoga tak ada gangguan lagi, waktu sirepnya hampir habis. (KEMBALI MENGGALI, KALI INI SUDAH MULAI MEMBUKA PAPAN PENUTUP MAYAT) Ah tempat ini terlalu sempit. Terpaksa aku harus membawa ke atas, untuk menggigit kupingnya.. (PELAN-PELAN MEMBAWA MAYAT KE ATAS DAN MEMBUKA KAIN KAFANNYA) Uh.. baunya, amis, anyir, busuk bercampur aduk. Tetapi tak apa, demi anak,istri, demi masa depan keluarga. (SETELAH MEMBUKA TUTUP KEPALA MAYAT) Panjang juga rambutnya, jadi sulit menggigit kupingnya.(KETIKA MENCOBA MENYIBAK RAMBUT MAYAT YANG PANJANG) Ah akhirnya ketemu juga kupingmu Mbakyu.(MENCOBA MENAHAN NAPAS UNTUK BERSIAP MENGGIGIT TELINGA MAYAT. DAN KETIKA HENDAK MENGGIGIT TELINGA, TIBA-TIBA TERDENGAR LOLONGAN ANJING. DI KEJAUHAN MEMANG TAMPAK SOROT MATA ANJING YANG SIAP MENERKAM). Bajingan. Ada saja masalah. (MENCOBA MENENANGKAN DIRI) Sabar… sabar… bekerja itu jangan grusa-grusu. .(LOLONGAN ANJING SEMAKIN DEKAT DAN TERDENGAR LOLONGAN BEBERAPA ANJING). Ini Anjing beneran atau anjing siluman sebagai ujian? (MENGUCAP MANTERA) Demit Periprayangan yang mbaureksa pohon randu kuburan, jangan di ganggu, ijinkanlah cucumu bekerja. Demit Periprayangan yang mbaureksa pohon randu kuburan, jangan di ganggu, ijinkanlah cucumu bekerja. Demit Periprayangan yang mbaureksa pohon randu kuburan, jangan di ganggu, ijinkanlah cucumu bekerja. (TERUS BERKOMAT-KAMIT TIADA HENTI) Siapa tahu aku lupa permisi pada jin penunggu pohon randu yang di pojok itu. (LOLONGAN ANJING SEMAKIN DEKAT) Kurang ajar, ternyata anjing beneran.
ANJING-ANJING MENDEKAT, PENCURI MAYAT MENJADI PANIK, BERUSAHA MENGUSIR ANJING-ANJING ITU UNTUK MENJAUH DARI MAYAT YANG DIGALINYA.
PENCURI MAYAT : (MENGUSIR ANJING) Shah.. shah….Pergi…Pergi… minggat sana !
SEMAKIN LAMA ANJING ANJING BERTAMBAH BANYAK SAMPAI BERJUMLAH SEMBILAN. LOLONGANNYA JUGA SEMAKIN KERAS DAN MENGERIKAN.
PENCURI MAYAT : (MENGUMPAT) Dasar binatang tidak mau lihat orang punya cita-cita. Pergi sana ! Asu kowe ! ! Shah !.. Hushah… !
ANJING ANJING MULAI MENDEKAT, MELIHAT MAYAT BAGAIKAN MELIHAT MANGSA YANG LEZAT. SECARA BERGANTIAN. DENGAN LOLONGAN YANG MENGERIKAN ANJING-ANJING MENYERBU MAYAT. SEDIKIT DEMI SEDIKIT MEROBEK KAIN KAFAN. PENCURI MAYAT BERUSAHA MENGUSIR DAN MELAWAN SEKUAT TENAGA DENGAN KAYU NISAN YANG ADA DI DEKATNYA.
PENCURI MAYAT : Anjing Kamu ! Minggat ! Diajak kompromi sedikit saja nggak mau. Anjing. (MEMUKULI ANJING YANG MENCOBA MENDEKAT. LOLONGAN ANJING SEMAKIN MENGERIKAN, ANJING ANJING ITU MENAHAN SAKIT KARENA PUKULAN). Nanti kamu dapat jatah, dan boleh kamu habiskan semua. (SECARA BERGANTIAN ANJING ANJING BERUSAHA MEREBUT MAYAT DARI KUASA PENCURI MAYAT) Aku hanya butuh pinjam. Aku tidak akan memakannya. Aku hanya butuh menggigitnya. Itupun hanya telinga. Hanya telinga. Lainnya makanlah sepuasmu.
MESKI PENCURI MAYAT MELAWAN ANJING ANJING SEKUAT TENAGA, NAMUN ANJING ANJING TETAP TIDAK PEDULI DAN TIDAK MAU KOMPROMI. ANJING ANJINGPUN JUGA BERUSAHA MEREBUT MAYAT ITU SEKUAT TENAGA. LOLONGAN ANJING SEMAKIN MENGERIKAN MEMECAH SENYAPNYA MALAM. LOLONGAN ANJING TERDENGAR SAMPAI JAUH DI UJUNG DESA.
PENCURI MAYAT : Dasar anjing, dasar anjing. (DENGAN KAYU DI TANGANNYA, MENGAMUK MEMUKULI ANJING) Kalian memusnahkan harapanku untuk jadi kaya, kalian memupuskan cita-cita keluargaku untuk jadi makmur. (MARAH SEJADI-JADINYA) Dasar anjing..!. Anjing buduk…!. Anjing kudisan…!. Anjing panuan….!, Anjing gudikan….!.(KEHABISAN TENAGA, DAN PUTUS ASA) dasar Anjing.. Dasar anjing…. Oalah… Nasib… Anjingpun tidak mau memberi kesempat kepada orang kecil seperti aku… Bangsat ! Bangsat ! Bangsat (DI PUNCAK KEMARAHANNYA, MENGAMBIL TANAH, BATU, KAYU SEKENANYA MELEMPARI ANJING ANJING. MEMUKULI ANJING ANJING TERSEBUT SEKUAT HATI DAN KEMARAHANNYA. ANJING ANJING JUGA SEMAKIN MARAH. LOLONGAN KESAKITAN DAN KEMARAHANNYA SAMPAI MEMEKAKKAN TELINGA. SUARANYA SUDAH TIDAK KARUAN). Oalah anakku, Istriku, Eyang guru… maafkan aku, aku tak dapat menyelesaikan tugasku (TERDUDUK LEMAS TAK BERDAYA, PASRAH)
SEMENTARA ITU, ANJING ANJING MELOLONG MEMEKAKKAN TELINGA, SELAIN KARENA RASA SAKIT AKIBAT PUKULAN, JUGA KARENA RASA PUAS AKAN KEMENANGAN BERHASIL MEREBUT MAYAT DARI PENCURI MAYAT. MALAM PECAH OLEH SUARA KENTONGAN YANG DIPUKUL SECARA BERTUBI-TUBI OLEH WARGA DESA YANG TERBANGUN MENDENGAR SUARA LOLONGAN ANJING ANJING TERSEBUT. PARA PERONDA SATU-PERSATU BANGUN, SALING MEMBANGUNKAN YANG LAIN, SALAH SATU PERONDA JUGA MEMUKUL KENTONGAN.
PERONDA 3 : Bangun… Bangun… banyak anjing di sini, memangsa mayat lik Rukmini.
PERONDA 1 : Ada apa ini, Ada apa?
PERONDA 4 : Apa tho kang?
PERONDA 3 : Anjing ! Anjing-anjing itu menyerbu kuburan lik Rukmini.
PERONDA 2 : Ayo kita selamatkan mayatnya.
PERONDA 3 : Kita usir anjing-anjing itu
PERONDA 2 : Kita panggil warga yang lain.
PERONDA 3 : (KEMBALI MEMUKUL KENTONGAN TANDA BAHAYA) Kuburan Lik Rukmini di serang anjing… Kuburan lik rukmini mau di maling… maling… maling… anjing… anjing….
PERONDA 1 : (SAMBIL MENCARI SENJATA KAYU ATAU BAMBU) Ini pasti bukan hanya karena anjing, pasti ada penyebab lain. Ini pasti gara-gara selasa kliwon !
SEMENTARA ITU PERONDA 2 DAN 4 SUDAH BERUSAHA MENGUSIR ANJING ANJING ITU DENGAN KAYU DAN BAMBU SEADANYA. TAK LAMA KEMUDIAN WARGA DESA YANG LAIN MULAI BERDATANGAN.
WARGA 2 : Mana malingnya ?, kita hajar bareng-bareng.!
PERONDA 3 : Itu, anjing-anjing itu ! kita usir anjing-anjing itu.!
WARGA 1 : O.. dasar kewan. Shah… hushah… shah….(MENGUSIR ANJING ANJING UNTUK MENJAUH DARI KUBURAN)
PERONDA 1 : Kita usir sampai jauh.
PERONDA DAN WARGA BERHAMBURAN KE PENJURU ARAH UNTUK MENGUSIR ANJING. ADA ANJING YANG MELAWAN, NAMUN AKHIRNYA KALAH, KARENA JUMLAH WARGA YANG IKUT MENGUSIR ANJING ANJING SEMAKIN TAMBAH BANYAK. ANJING ANJING MULAI MENYINGKIR DAN MENGHILANG DI GELAP MALAM.
PERONDA 1 MENEMUKAN PENCURI MAYAT YANG MASIH TERDUDUK LEMAS.
PERONDA 1 : Hoe… ! ini ada anjing yang pakai celana tentara!
PARA WARGA : (BERSAHUTAN) Mana ? kita hajar saja! Orang maksudmu? Kita seret ke pos ronda! Kita intrograsi! Dia pasti maling! Ya pasti maling, malam-malam kelayapan di kuburan.
PERONDA 1 : Kamu pasti maling. Kamu pasti yang membongkar makam ini, kamu pasti yang menggali kuburan lik Rukmini.
PENCURI MAYAT : (MASIH MENAHAN SAKIT, HANYA DIAM)
PERONDA 1 : Nggak mungkin anjing anjing itu bisa menggali sedalam ini, dan bisa mengeluarkan mayatnya ke atas kuburan. Pasti ini perbuatanmu? Ngaku !
PENCURI MAYAT : (MASIH MENAHAN SAKIT, DAN MASIH HANYA DIAM)
PERONDA 3 : Ngaku saja mas, daripada dihajar orang sedesa.
WARGA 5 : Ngomong mas.
WARGA 3 : Ini masalah Genting, Jangan mempersulit keadaan.
PERONDA 3 : Kamu mau mencuri mayat ini tho ? Kamu yang menggali tanah kuburan ini tho? Ayo ngaku.
PERONDA 4 : (KEPADA PERONDA 1) Wah betul apa katamu kang. Memang ada pencuri mayat, dan orang ini mencoba mencuri mayat lik Rukmini.
PERONDA 1 : Ngaku, ayo ngaku !
WARGA 5 : Kamu jangan bikin emosi Lho. Ngaku tidak?
PENCURI MAYAT : (HANYA BISA DIAM, MERASA BERSALAH)
WARGA 5 : Tidak mau ngaku ya. (MULAI MEMUKUL PENCURI MAYAT) Kurang ajar, ditanya baik-baik hanya diam (MEMUKUL LAGI) Ngaku tidak?
WARGA 4 : Ayo, ngomong mas.
WARGA 3 : Ayo ngomong ! (IKUT-IKUTAN MEMUKUL PENCURI MAYAT, DAN KEMUDIAN DIIKUTI OLEH BEBERAPA WARGA YANG LAIN).
WARGA 1 : Kalau sampeyan tidak mau ngaku, dan tidak mau ngomong, ntar dipukuli terus lho mas. Ayo jujur saja mas.
PENCURI MAYAT : (MASIH DIAM)
WARGA 5 : Oh bikin emosi tenan iki ! (KEMBALI MEMUKULI PENCURI MAYAT DAN DIIKUTI BEBERAPA WARGA YANG LAIN. PENCURI MAYAT HANYA BISA MENAHAN RASA SAKITNYA).
PERONDA 1 : Kamu membongkar makam ini, untuk pesugihan ! ngaku tidak ! atau untuk kekebalan ilmu hitam. Iya tidak?
WARGA 6 : Biar gamblang, saya panggilkan pak Aman dan pak Lurah.(PERGI MEMANGGIL PAK LURAH DAN PAK AMAN).
WARGA 5 : Sebelum pak Lurah datang, kalau nggak mau ngaku kita hajar saja dulu.(KEMBALI MEMUKUL PENCURI MAYAT, PENCURI MAYAT HANYA BISA DIAM MENAHAN SAKIT).
WARGA 4 : (MEMBAWA SEGELAS AIR MINUM DARI POS RONDA) Cukup.. cukup… jangan dipukul lagi. Mungkin dia capek, menggali kuburan sendirian. Biarkan dia minum dulu. Siapa tahu haus, kesel. (MENUNJUK TANGAN PENCURI MAYAT) Tuh lihat, tangannya sampai berdarah, menggali tanah tanpa pacul.(PURA-PURA BERBAIK HATI KEPADA PENCURI MAYAT) Nih minum dulu mas (BEGITU MENDEKAT PENCURI MAYAT, DENGAN SEGALA KEMARAHANNYA MEMUNCRATKAN AIR MINUM TERSEBUT KE MUKA PENCURI MAYAT. PENCURI MAYAT YANG SEMULA LEGA MENJADI KAGET DAN SEMAKIN TAKUT) Nih minum ! (KEMARAHAN ITU DIIKUTI WARGA LAIN YANG KEMUDIAN BERAMAI-RAMAI MEMUKULI PENCURI MAYAT)
PARA WARGA : (MEMUKULI SAMBIL BERSAHUTAN) Kurang asem. Ditanya baik-baik tidak ngaku. Bedebah busuk. Kita bakar saja ! Kita congkel matanya ! Ih jangan sadis-sadis, kaya jaman revolusi saja! Kita keplaki saja. Kita pukuli. Kita hajar.(SUARA ITU BERULANG-ULANG DAN SAMPAI PADA PUNCAK KEMARAN DENGAN NADA SUARA TINGGI)
DIPUNCAK KEMARAHAN, LAMPU BLACKOUT.
SUARA ORANG-ORANG FADE OUT SEMAKIN LIRIH DAN HABIS. SENYAP.
PENCURI MAYAT : (HANYA SUARA) Nasib tidak pernah berpihak pada orang susah. Roda memang bisa berputar, tetapi roda milikku macet. Sehingga aku selalu di bawah.

SELESAI
Keterangan kata yang berbahasa Jawa:
Peyek : Makanan ringan (digoreng) dari tepung yang ditaburi kacang
Kepinyak : Terinjak (kaki)
Moh larang : Tidak mau, mahal.
Waton : Asal
Waton bener : Asal benar
Gebug : Pukul
Kemulan : Berselimut
Ngekep : Memeluk
Keplak : Ditampar
Nyolong mayit : Mencuri Mayat
Anyak Tenane : Ah Yang bener
Sumonggo : Silahkan
Leha-leha : Bersantai-santai
Ngapa : Berbuat apa?
Angel : Sulit
Kenyo tanpo busono : Wanita tanpa busana.
Ngasut : mengocok kartu
Diapusi wong-wong tuwa : Ditipu orang-orang tua.
Nglindur : Mengigau
Asu kowe : Anjing kamu
Kewan : Hewan



Puthut Buchori
Yogyakarta, 15 Oktober 2005



Tentang Puthut Buchori

Nama Lengkap Puthut Buchori Ali Marsono, Kelahiran 6 September 1971. Alumni Jurusan teater ISI Yogyakarta, Selain Menjadi Direktur Artistik Bandungbondowoso ready on stage, Juga direktur Artistik di Teater MASA Jokjakarta, Perfomance Artist Post Punk Perfomance, dan bekerja secara freelance pada beberapa kelompok kesenian. Saat ini aktif menjadi konseptor dan pemimpin redaksi Underground Buletin Sastra ASK [Ajar Sastra Kulonprogo]. Berteater sejak kelas satu SMP di teater JIWA Yogyakarta pimpinan Agung Waskito ER. Telah Berproses teater lebih dari 100 repertoar, baik sebagai sutradara, pemain, tata artistik maupun tata lampu. Pernah membina kelompok teater, antara lain : Teater MAN Yogyakarta 1, Teater Puspanegara SMUN 5 Yogyakarta, SMUN 1 Depok Sleman Yogyakarta, Teater Cassello SMUN 1 Wates Kulonprogo Yogyakarta, Teater Thinthing Wates Kulonprogo Yogyakarta, SMU Kolese GONZAGA Jakarta (event tertentu), Kolese LOYOLA Semarang Jateng (event Tertentu). Teater Sangkar UPN Veteran Yogyakarta, Teater RAI ISI Yogyakarta, Teater DOEA KATA ISI Yogyakarta, dan saat ini sedang merintis kelompok teater di Wates Kulonprogo Yogyakarta. Tinggal di Gowongan Kidul Jt3/412 Yogyakarta, HP. 08179417613, e-mail:masa_teater@yahoo.com

0 komentar: