KESENIAN

SELAMAT DATANG
DI BLOG LooKM4N G4R3NG.
BLOG INI TERLAHIR KARENA KEINGINTAHUAN DAN KEHAUSAN
TENTANG KESENIAN

Selasa, 16 November 2010

Naskah RAHIM

R A H I M
Karya : Puthut Buchori
Diadaptasi dari cerpen COK SAVITRI

PANGGUNG GELAP. HANYA ADA BACKSOUND SUARA MESIN KETIK KUNO, DAN SUARA NAGARI :
NAGARI : Nama saya Nagari, umur tiga puluh tahun. Pekerjaan penulis, kadang bernyanyi, kalau itu dapat dikatakan sebagai suatu pekerjaan….
SEBUAH KAMAR KONTRAKAN SEDERHANA, DENGAN PERABOT PENTING SEKEDAR UNTUK BEKERJA: MEJA KERJA, MESIN KETIK, BEBERAPA LEMBAR KERTAS KOSONG, SERTA BUKU-BUKU BACAAN. DI SALAH SATU SUDUT RUANG, TERDAPAT JUGA SEBUAH TELEVISI DAN RADIO MINI COMPO.
SORE ITU NAGARI BARU SELESAI MANDI KETIKA PINTU RUMAHNYA DIKETUK BERKALI-KALI OLEH TIGA ORANG LELAKI BERSOROT MATA TAJAM TETAPI SOPAN.
LELAKI 1 : (MENGETUK PINTU) Permisi… Permisi
LELAKI 2 : Nagari….., saudari Nagari…, Tolong mengganggu sebentar. Ada urusan penting yang harus kami sampaikan.
LELAKI 3 : Ada sesuatu yang amat genting, sehingga kami harus segera bertemu saudari.
LELAKI 1 : Permisi… permisi…
NAGARI : (SUARA DARI KAMAR MANDI) Siapa ?...
LELAKI 1 : Utusan !, kami membawa sesuatu yang urgen untuk saudari.
NAGARI : (SUARA DARI KAMAR MANDI) Ya, tunggu sebentar.
HANYA DENGAN BAJU DASTER SANTAI, RAMBUTNYA MASIH BASAH HABIS KERAMAS, NAGARI MEMBUKAKAN PINTU MENEMUI TIGA LELAKI YANG BELUM DIKENALNYA.
LELAKI 1 : Permisi bu, kami bertiga adalah utusan. Untuk membawa saudari Nagari ke markas kami.
NAGARI : Tetapi kalian ini siapa ? utusan siapa ? dari biro mana ? instansi apa? Kok tiba-tiba akan membawa saya?
LELAKI 1 : Kami tidak bisa menjelaskan disini. Akan kami jelaskan di markas.
NAGARI : Iya, tapi ada urusan apa ? Ada perkara apa? Jelaskan dahulu.
LELAKI 1 : Nanti akan kami jelaskan di markas.
LELAKI 2 : Ayolah bu, waktu kami singkat. Rela atau tidak, kami akan membawa anda ke markas kami.
NAGARI : Tapi…
LELAKI 3 : Sudah, ayo ikut kami !
TANPA BANYAK PERTIMBANGAN DAN KOMPROMI, TIGA ORANG LELAKI TERSEBUT MEMBAWA NAGARI, HANYA SEBUAH JAKET JEANS KESUKAANNYA YANG SEMPAT TERBAWA.
SUASANA ANEH BERKECAMUK DI HATI NAGARI, BAGAI MASUK LORONG WAKTU, NAGARI DIBAWA LELAKI ITU. SUARA ANGIN, SUARA OMBAK, SUARA MOBIL JEEP MENEMANI KEGALAUAN HATI NAGARI. PERJALANAN MENDADAK ITU COBA NAGARI NIKMATI DENGAN SETENANG MUNGKIN, MESKI DALAM HATINYA MERASA TAKUT JUGA.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Inikah yang namanya penculikan, seperti yang baru minggu lalu kami bahas bersama teman-teman. Seperti yang dialami temanku, oleh beberapa lelaki berambut cepak, berbadan tegap dan tegas, kemudian ditutupi matanya, naik mobil diputar-putar seperti tak berujung. Akhirnya aku mengalami juga.
AKHIRNYA SAMPAI JUGA NAGARI DAN TIGA LELAKI ITU PADA SEBUAH TEMPAT, SEBUAH RUMAH DENGAN LANTAI LICIN DAN DINGIN, LANTAI YANG MEMBENTUK LORONG PANJANG, MEMBELAH PULUHAN PINTU-PINTU KAMAR YANG SALING BERHADAPAN. TEMPAT TERSEBUT SEPERTI SEBUAH HOTEL YANG SUDAH UZUR. SAMPAILAH NAGARI PADA SEBUAH KAMAR YANG LUAS, HAMPIR TANPA PERABOT, HANYA SEBUAH MEJA DAN DUA BUAH KURSI. KAMAR SELUAS ITU HANYA DI TERANGI LAMPU 25 WATT. TEMPAT ITU SUNGGUH SEPI, HANYA SUARA DETAK JAM DINDING MENGGETARKAN HATI NAGARI.
LELAKI 1 : Silakan, saudari menemui pimpinan kami. (KEMUDIAN TIGA LELAKI ITU PERGI DI KEGELAPAN RUANG.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Tempat macam apa ini ? Aneh. Tidak seperti kantor polisi. Bukan pula seperti kantor instansi. Sepi dan dingin. Tempat macam apakah ini. Ah apapun yang terjadi coba akan kuikuti.
SUARA JAM DIDING YANG MENTEROR KESEPIAN NAGARI, DIIKUTI PULA INGATAN SUARA-SUARA TEMAN NAGARI YANG PERNAH DICULIK DAN DIINTROGRASI. ADA YANG SERIUS, ADA YANG KONYOL, ADA YANG NGERI DAN LAIN SEBAGAINYA. SUARA-SUARA ITU TURUT MENTEROR NYALI NAGARI YANG SEMAKIN CIUT.
SUARA TEMAN 1 : Gara-gara peristiwa gerakan Oktober itu, malam hari selepas demo, aku dibawa sekelompok lelaki misterius, dengan mobil jip aku dibawa kesuatu tempat, aku diintrograsi: siapa otak peristiwa itu, karena aku diam aku dipukuli bertubi-tubi…, tetapi untung aku masih sempat selamat, keesokan harinya aku sudah di temukan di selokan dalam keadaan pingsan.
SUARA TEMAN 2 : Itu masih mending, hanya dipukuli. Thukul teman kita, malah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa.
SUARA TEMAN 3 : Gagah Prakosa ketua senat kita, hilang, dan sampai kini belum ditemukan.
SUARA TEMAN 4 : Aku mengalami hal yang konyol. Karena ikut-ikutan demo September Merah, Aku tiga hari tiga malam digelandang aparat, entah aparat apa, aparat yang mana, tetapi mereka mengaku aparat. Tanganku diikat, mataku ditutup, dengan mobil jip aku diajak putar-putar, yang entah memutari apa, mutar sampai mana. Hanya sesekali berhenti, aku dikencingi beramai-ramai. Kemudian jalan lagi, muter lagi, dikencingi lagi, brengsek.
SUARA ITU BERULANG-ULANG MENGKIUTKAN NYALI NAGARI UNTUK MENCOBA TETAP TENANG MENGHADAPI PERISTIWA PENCULIKAN INI.
PIMPINAN : (BAJU PUTIH BERJAKET KULIT YANG UJUNG-UJUNGNYA TELAH KUMAL. MUNCUL TIBA-TIBA DARI SALAH SATU SUDUT GELAP RUANGAN ITU) Tempat ini terlalu sepi, dan jauh dari keramaian. Apapun yang akan kami perbuat di sini, tidak akan ada satu orang pun di luar yang tahu. Kami sebenarnya bisa berbuat sekehendak hati terhadap saudari, namun karena kami juga ada di pihak saudari, maka kami akan berusaha sebaik mungkin demi keselamatan saudari. Itupun jika saudari mau bekerjasama dengan pihak kami.
NAGARI : Sebenarnya ini permasalahan apa ? sama sekali saya kurang paham dengan peristiwa ini, tidak tahu sama sakali arah pembicaraan bapak.
PIMPINAN : Kamipun juga hanya melaksanakan tugas, misi kemanusiaan demi masa depan.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Apa sebenarnya yang dia maksud? Apa karena tulisanku di media massa tempo hari, sehingga ada seseorang atau sekelompok yang tersinggung.
PIMPINAN : Tugas kami adalah membawa saudari kemari, untuk kami tanyai tentang beberapa hal. Sesuatu yang urgen demi stabilitas kemanusian yang akan terus berlangsung, demi anak cucu kita kelak, demi masa depan bangsa dan Negara.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Kalau memang karena tulisanku itu, ah keren juga. Aku bisa melampaui peristiwa ini. Pasti setelah kejadian ini aku akan diekspose besar-besaran di media, di televisi, di radio.
PIMPINAN : Untuk itu kami merasa perlu untuk melibatkan saudari dalam perkara ini, karena saudari terlibat langsung dengan permasalahan yang sedang kami telusuri.
NAGARI : Permasalahan apa ? Perkara apa ? Sungguh saya tidak paham arah pembicaraan bapak.
PIMPINAN : Baik kalau saudari sudah siap ?
NAGARI : Siap apa ? permasalahannya saja, saya tidak tahu. Alasan saya dibawa kemari pun saya juga belum diberi tahu. Sedari tadi bapak hanya memberi introduksi tentang misi, entah misi apa saya betul-betul tidak paham. Yang misi masa depanlah, misi kemanusiaanlah. Saya betul-betul kurang tahu. Dan saya tentu tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan bapak….
PIMPINAN : (MEMOTONG PEMBICARAAN) Ikuti saja, aturan cara main kami.
NAGARI : Jangan-jangan bapak salah orang?
PIMPINAN : Kami belum pernah salah orang, kami selalu melakukan survey yang akurat, sehingga tindakan kami selalu tepat. Kami tidak pernah membuang waktu berharga kami, kami juga belum pernah membuang waktu klien kami yang tentu juga sama pentingnya.
NAGARI : Tetapi….
PIMPINAN : (TIDAK PEDULI APA YANG HENDAK DISAMPAIKAN NAGARI) Nama ?
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Apa maksudnya ? aku pasti jadi jengkel, jika terlibat sesuatu tanpa tahu arah dan tujuannya. Jangan-jangan mereka hanya ingin main-main denganku. Atau jangan-jangan…..
PIMPINAN : Nama ?
NAGARI YANG KAGET DENGAN PERTANYAAN TIBA-TIBA ITU, HANYA BISA DIAM UNTUK MENGATUR NAPASNYA KEMBALI.
PIMPINAN : Nama ? Nama Saudari ?
NAGARI : (MASSIH TAMPAK GUGUP) Nagari….
PIMPINAN : Alamat ?
NAGARI : (BERUSAHA TENANG) Bukankah bapak telah tahu.
PIMPNAN : Alamat ?
NAGARI : Bukankah anak buah bapak telah tepat menjemput ke alamat rumah kontrakan saya.
PIMPINAN : (AGAK TEGAS) Alamat ?
NAGARI HANYA DIAM, KARENA KIUT NYALINYA.
PIMPINAN : (MENGULANG PERTANYAAN DENGAN KALEM) Ini prosedur biasa, alamat saudari ?
NAGARI : Di rumah kontrakan 2212.
PIMPINAN : Saya harapkan kerja sama saudari. Biar kita bisa segera pulang. Saya sudah capek, saudari tentu juga sudah capek, jadi mari kita bekerja sama.
NAGARI HANYA DIAM, MEMBAYANGKAN OBROLAN TEMAN-TEMANNYA TENTANG PENCULIKAN.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Sudahlah pak, nggak usah dimanis-maniskan cara bicara bapak, seperti birokrat yang di wawancarai reporter televisi.
PIMPINAN : Saudari mau bekerjasama kan ?
NAGARI : (KAGET DAN GUGUP) Oh iya pak. Kejasama apa? Kerjasama yang bagaimana?
PIMPINAN : Saudari paham maksud saya kan ?
NAGARI : (SPONTAN, REFLEK) tidak !.
JAWABAN ITU MEMBUAT PIMPINAN ALISNYA TERANGKAT DAN TIBA-TIBA SENYUMNYA MENGEMBANG KAKU MENDENGAR JAWABAN REFLEK NAGARI, DENGAN ENTENG DAN TENANG MENGELUARKAN ROKOK DARI SAKUNYA.
PIMPINAN : Saudari merokok ?
NAGARI : Kadang….
PIMPINAN : Wanita moderen memang biasanya merokok, kalau saudari mau merokok di sinipun, silakan. Saya menghargai keinginan saudari.
SUASANA HATI NAGARI TIDAK MENGIJINKAN UNTUK MEROKOK, SEHINGGA NAGARI TIDAK MERESPON TAWARAN ROKOK TERSEBUT.
PIMPINAN : Jujur saja, saya mengerti tentang saudari, saudari adalah seorang yang terpelajar, seorang penulis, artikel-artikel saudari banyak dimuat di koran-koran lokal, bahkan nasional. Saya juga mendapati tulisan saudari di beberapa majalah dan tabloid. Pendek kata, saya tidak meragukan kwalitas tulisan saudara yang seabrek itu. Saya berdecak kagum dengan tulisan saudari, saya termasuk salah satu orang, dari ribuan, bahkan juataan orang yang menanti tulisan saudari, kami pasti akan kehilangan jika saudari tidak mengeluarkan tulisan-tulisan saudari. Saya pernah mendengar juga, dari tulisan-tulisan saudari, saudari diangkat jadi pembicara dalam diskusi-diskusi kecil baik di kampus-kampus maupun di seminar-seminar yang di adakan oleh orsospol yang ada di daerah saudari.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Apakah benar ini memang mengenai tulisan saya tempo hari itu. Kalau memang benar, ini bisa menjadi celaka, namun juga bisa menjadi sesuatu yang membahagiakan karirku.
PIMPINAN : Saya juga tahu kalau suara saudari merdu untuk jadi penyanyi, saudari secara temporal menyanyi di kafe-kafe dan di beberapa acara, saya sempat secara langsung mendengarkan saudari bernyanyi di sebuah kafe, saya begitu terpikat kemerduan suara saudari, dan saya ngefans betul dengan suara saudari, bisa jadi saya adalah penggemar saudari.
NAGARI : (DALAM DIAMNYA HANYA SUARA HATINYA YANG DAPAT BERBICARA) Uh sebenarnya kearah mana pembicaraannya, kenapa dia juga menyinggung profesiku sebagai penyanyi. Rasanya ingin menjerit saja dengan kebosanan ini….
PIMPINAN : Sebagai seorang teman, maaf ! sebagai penggemar , saya ingin sekali tahu, apakah operasi pembuangan rahim yang saudari lakukan tanggal 22 Desember yang lalu itu dilatarbelakangi oleh semangat lain ?.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Sialan, ternyata ini inti peristiwa ini, aku kira aku mendapat kehormatan diculik karena tulisan yang di muat tempo hari lalu. Ternyata pikiran saya meleset.
PIMPINAN : Silakan sudari memberi kami alasan yang tepat untuk operasi tersebut.
NAGARI : Maksud bapak ?
PIMPINAN : Operasi pembuangan rahim yang anda lakukan tanggal 22 Desember.
NAGARI : Rahim ? Maksud bapak operasi rahim setahun yang lalu ?
PIMPINAN : Ya. Operasi pembuangan rahim, yang saudari lakukan pada tanggal 22 Desember, jam 11.30 WITA, di salah satu Rumah Sakit Swasta di kota tempat saudari tinggal.
NAGARI : Saya tidak mengerti, pak.
PIMPINAN : Saya paham bila saudari tidak mengerti. Begini, saudari mungkin tidak menyadari, atau mula-mula saudari tidak mengira apa yang saudari lakukan adalah sesuatu yang wajar. Karena hal tersebut memang Hak saudari, Asasi saudari. Kamipun mengerti dan paham akan hal itu. Kami sungguh-sungguh amat mengerti…., tetapi yang tidak kami mengerti adalah alasan yang melatarbelakangi tindakan saudari.
NAGARI : Maksud bapak, soal operasi rahim saya itu?
PIMPINAN : Iya.
SUASANA MENJADI SEPI SEJENAK, KARENA NAGARI BELUM BERKEINGINAN UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN PIMPINAN.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Saya sungguh-sungguh kecewa. Kenapa ternyata hanya karena rahim busuk itu saya di bawa kemari, kenapa khayalan saya tentang penculikan karena perjuangan hak-hak asasi menjadi pupus hanya karena rahim busuk itu.
PIMPINAN : Akan kami tunggu, kapanpun saudari siap menjawabnya.
NAGARI : Tetapi kenapa hanya soal rahim busuk itu saya dibawa kemari, hanya soal rahim busuk yang menasibkan hidup saya tidak lagi gagah mengakui diri sebagai perempuan.
PIMPINAN HANYA DIAM MENANTI JAWABAN NAGARI, SAMBIL MEROKOK YANG ASAPNYA DI KEPULKAN KEMANA-MANA, MENGISI RUANG ASAPNYA MEMBAYANG DI LAMPU BOLAM YANG HANYA 25 WATT, ASAPNYA MENGEPUL MEMBENTUK GARIS-GARIS, SIMBOL-SIMBOL TERTENTU.
NAGARI : Sesungguhnya saya heran….
PIMPINAN : (MENYELA) Saya tahu kalau saudri heran, karena baru sekarang kami menanyakannya. Tidak setelah saudari keluar dari Rumah Sakit setahun yang lalu.
NAGARI : Sesungguhnya saya masih heran, kenapa hanya karena rahim busuk milik saya, bapak bekerja susah payah mencari rumah saya, dan membawa saya kemari untuk ditanyai, dan pertanyaan tersebut sangat sepele menurut saya, meski kalau diungkit sedikit, menyakitkan juga peristiwa itu. Peristiwa operasi rahim saya, lebih tepatnya rahim busuk saya.
PIMPINAN : Yak, teruskan, teruskan unek-unek saudari, siapa tahu akan membantu meringankan beban pekerjaan kami.
NAGARI : Pekerjaan macam apa pula, pekerjaan bapak ini, kok hanya mengurusi rahim busuk saya?
PIMPINAN : Saudari tidak perlu detail tahu pekerjaan kami, saudari tidak tahupun tidak masalah bagi kami. Teruskan.
NAGARI : Saya semakin tidak mengerti, apa yang bapak maksud.
PIMPINAN : Ceritakan saja semua, perihal rahim saudari.
NAGARI : (DONGKOL KARENA TIDAK MENGERTI ARAH PEMBICARAAN YANG DIMAKSUD) Pak, rahim saya ini biasa-biasa saja, dahulu normal. Saya melakukan operasi, karena rahim saya ditumbuhi daging, dan hal itu sudah mutlak keputusan laboratorium yang disampaikan dokter kepada saya. Dan bagi kepentingan medis, hal itu sangat logis untuk dilakukan operasi pengangkatan rahim milik saya. Dan sebenarnya tanpa harus saya jelaskan panjang lebarpun, saya yakin kalau bapak sudah tahu, andaikata rahim saya tidak dilakukan operasi secepatnya, tentu akan membahayakan diri saya sendiri.
PEMIMPIN HANYA DIAM MEMPERHATIKAN PENJELASAN NEGARI, PEMIMPIN TERSENYUM KECUT, SINIS, TIDAK PUAS DENGAN PENJELASAN NEGARI.
NEGARI : Ini penyakit pak, murni penyakit. Dan di rumah, saya masih menyimpan surat keterangan medisnya.
PEMIMPIN : Sudahlah, seperti yang saya sampaikan dari awal, mari kita bekerjasama. Saudari tahu apa yang ingin kami tahu ! Dan terus terang saja, dalam masalah-masalah seperti ini, kami sudah sangat berpengalaman sejak tahun 1971. Jadi saudari tidak perlu berputar-putar mengarahkan pembicaraan. Tidak perlu mendramatisir peristiwa seperti pada tulisan-tulisan saudari di media massa.
NEGARI : (BERUSAHA GENTAR, NAMUN BIBIRNYA TAMPAK GEMETAR) Saya tidak mengerti, saya sungguh-sungguh tidak mengerti. Ada apa dengan operasi rahim itu. Sejujurnya bagi saya, operasi itu sungguh menyedihkan.
PEMIMPIN : Sedih ? Maksud saudari, saudari melakukan dengan terpaksa?
NEGARI : Tentu saja, saya melakukannya dengan terpaksa. Andai boleh, tentu saya tidak akan melakukannya, pak. Mana ada perempuan yang rahimnya mau dibuang.
PEMIMPIN : Lantas, siapa yang memaksa saudari ? Saudari tidak perlu takut menyebutkan nama di sini. Tempat ini ditanggung rahasia, tak akan ada yang tahu mengenai informasi saudara. Dan jika informasi itu bocor pun, kami akan memberi perlindungan kepada saudari. Nah sekarang coba jawab, siapa yang memaksa saudari?
NAGARI : Maksud bapak ?
PEMIMPIN : Saudari tidak perlu takut, kami ada di pihak saudari. Kami merasa bersalah karena tidak bisa secepatnya menyelamatkan saudari.
NAGARI : Maksud bapak ? saya semakin tidak paham.
PEMIMPIN : Siapa yang memaksa saudari melakukan operasi tersebut?
NAGARI : Tidak ada yang memaksa saya, pak.
PEMIMPIN : Saudari tadi mengatakan melakukan dengan terpaksa…, ayo sekarang katakana siapa yang memaksa saudari ?
NAGARI KEMBALI BERDIAM DIRI, OTAKNYA BERPUTAR-PUTAR MEMIKIRKAN APA YANG SEDANG IA ALAMI KINI. SUARA BATHINNYA BERDENTAM KERAS MENCARI JAWAB APA YANG DIA HADAPI.
NAGARI : (SUARA HATI/HANYA SUARA) Apa yang sesungguhnya terjadi, apa benar hanya karena rahim saya, hingga saya terjebak dalam masalah yang rumit ini, masalah yang tidak saya ketahui maksudnya, tidak saya pahami ujung pangkalnya. Bedebah betul otak saya, bedebah betul bapak satu ini, bedebah betul rahim busuk ini. Mengapa mereka tahu soal operasi rahim saya.
PEMIMPIN : Indikator yang saya pelajari dari fakta-fakta yang telah kami kumpulkan, telah menunjukkan arah yang benar, saudari tahu, gerakan membuang rahim ini telah menjadi pola gerakan terror baru. Yang tidak lain bertujuan mengganggu jalannya reformasi. Ini sudah menjadi gerakan politik yang direkayasa oleh kekuatan luar. Untuk itu kami minta kerjasama saudari memberi informasi kepada kami, siapa otak pelaku di balik semua ini.
NAGARI : Aneh, aneh betul bapak ini, kenapa peristiwa yang wajar, normal seperti operasi rahim saya ini, dikaitkan pada sesuatu yang luar biasa, bahkan sampai dicurigai dapat mengganggu stabilitas Negara. Apakah operasi rahim saya ini dapat disejajarkan dengan terror bom, terror penimbunan BBM, Penimbunan sembako atau yang lebih dahsyat terror makar?
PEMIMPIN : Saudari Nagari jangan menggangap remeh operasi rahim ini. Operasi ini akan menjadi gerakan yang menakutkan bila sempat tumbuh berkembang di masyarakat kita sekarang ini. Coba bayangkan, jika peristiwa terror penimbunan rahim ini sudah benar-benar menggejala, para perempuan menimbunnya di suatu gudang, kemudian melakukan embargo terhadap jutaan sperma lelaki, semacam mogok hamil atau mogok melahirkan.
NAGARI : Luar biasa jalan pikiran bapak, bisa menganalisis samapi sejauh itu. Tetapi kecurigaan terhadap operasi rahim saya itu….
PEMIMPIN : (MEMOTONG PEMBICARAAN) Kami telah mendeteksi, ada kelompok yang menginginkan para perempuan tidak memiliki rahim, dengan tujuan membatalkan seluruh kelahiran generasi baru. Kami telah mempelajari hal ini sejak lama. Bertahun-tahun kami mengumpulkan informasi, menyebar kuesioner, kemudian kami analisa dengan seksama, dan saudari tahu apa argument mereka?
NEGARI : (HANYA DIAM, TERPANA DENGAN JALAN PIKIRAN LELAKI YANG DIHADAPINYA)
PEMIMPIN : Mereka katakan, “ Daripada melahirkan anak tetapi tidak dirawat dengan baik, tidak dilindungi aturan yang baik. Lebih baik rahim kami dibuang !.
NEGARI : (MASIH BENGONG DENGAN JALAN PIKIRAN LELAKI ITU) Astaga, saya bener-benar takjub oleh jalan pikiran bapak. Andai saja saya punya pikiran semacam itu. Alangkah menakjubkan.
PEMIMPIN : Bayangkan saja, jika semua perempuan membuang rahimnya!, Tidak akan ada kelahiran baru. Semua mati. Tidak perlu lagi ada gerutuan tentang sembilan bahan pokok, tidak akan ada lagi umpatan karena kenaikan BBM, tidak akan ada lagi rakyat miskin, tidak ada kesenjangan social seperti yang terjadi saat ini, tidak akan ada lagi ini-itu. Semua beakhir, semua mati. Dan kalau semua ini bakal terjadi bukankah merupakan sebuah ancaman, sebuah peristiwa yang mengandung unsur politik, yang telah diorganisir secara rapi.
KETIKA NAGARI MASIH BENGONG DAN TERPERANGAH OLEH URAIAN PEMIMPIN, TIBA-TIBA DIKAGETKAN OLEH PERTANYAAN AWAL TENTANG SIAPA OTAK OPERASI RAHIM.
PEMIMPIN : Tahukan saudari, betapa berbahayanya operasi itu? Nah sekarang beritahu kami, siapa otak dibalik operasi rahim ini?
NAGARI : Saya kagum dengan pola pikir bapak, saya salut dengan kepedulian bapak kepada bangsa dan Negara ini, meski sesekali saya anggap pikiran tersebut masih sangat liar bagi imajinasi saya.
PEMIMPIN : Saya harap saudari cepat menjawab pertanyaan kami. Saya capek, saudaripun juga sudah capek.
NAGARI : Rahim saya ini penyakit pak, tidak ada dalang dibalik operasi rahim saya. Ini murni operasi untuk kesehatan.
PEMIMPIN : (MENDESAK) Tidak usah berputar-putar lagi. Siapa ?
NAGARI : Sungguh pak, tidak ada unsur politik dibalik operasi saya itu.
PEMIMPIN : Siapa ?
NAGARI : Harus saya jawab apa lagi, kalau memang operasi itu karena penyakit.
PEMIMPIN : Jadi saudari belum mau membuka mulut, siapa yang bertanggung jawab terhadap operasi ini?
NAGARI : Akan saya jawab apa lagi pak? Sejujurnya, saya operasi rahim karena ada tumor di dalamnya. Itu dilakukan demi keselamatan jiwa saya pak. Sungguh saya tidak mengerti yang bapak pertanyakan, ini bukan persoalan yang aneh, Dari sudut kesehatan, hal ini adalah peristiwa yang lumrah.
MENDENGAR JAWABAN TERAKHIR, PEMIMPIN HANYA DIAM TANDA SETUJU. TIGA ORANG LELAKI YANG MENJEMPUT, KEMABLI HADIR UNTUK MEMBAWA PULANG NAGARI KE RUMAH KONTRAKANNYA.
BAGAI KEMBALI MEMASUKI LORONG WAKTU, SUARA ANGIN, SUARA OMBAK DAN SUARA MOBIL JEEP KEMBALI MENDERU DALAM PIKIRAN NAGARI YANG MASIH DILIPUTI BERBAGAI PERSOLAN YANG TERSISA.
SAMPAILAH NAGARI KEMBALI DI RUMAH KONTRAKANNYA. TAMPAK NAGARI BANGUN DARI TIDURNYA.
NAGARI : (SETELAH MENDENGAR ALARM JAM WEKER) Ah jam berapa sekarang ? Tanggal berapa ini ?
KETIKA NAGARI MEMBUKA JENDELA KAMAR KONTRAKANNYA. DI LUAR RUMAH SUDAH BERGEMURUH SUARA ORANG DEMONTRASI.
SUARA-SUARA : (SUARA DARI MEGAPHONE) Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, mari kita selamatkan rahim perempuan, demi masa depan dunia !
SUARA KOOR : Selamatkan rahim perempuan, demi masa depan dunia ! Selamatkan rahim perempuan, demi masa depan dunia !
NAGARI : Astaga, gila ! apa yang terjadi ? ada apa di luar sana. Apakah ini mimpi atau apa… ah (MERASAKAN PERUTNYA NYERI) Uh apa lagi ini, kenapa perutku jadi sakit seperti ini. Bedebah !.
PARA DEMONSTRAN SEMAKIN BERGEMURUH MENERIAKKAN “SELAMATKAN RAHIM PEREMPUAN, DEMI MASA DEPAN DUNIA”. TIGA ORANG LELAKI MISTERIUS KEMBALI MENGETUK PINTU KAMAR NAGARI. TETAPI NAGARI TIDAK MAU MEMBUKANYA.
LELAKI 1 : Nagari !... Nagari… ! lihat akibat dari tindakanmu ! Orang-orang berdemonstrasi, menuntut Selamatkan rahim perempuan, demi masa depan dunia.
LELAKI 2 : Nagari !...., Segera umumkan kepada mereka, bahwa kamu tidak pernah membuang rahimmu.
LELAKI 3 : Katakan kepada mereka, bahwa apa yang kamu lakukan itu bukanlah gerakan keprihatinan akan mahalnya harga bahan makanan, bukan karena melambungnya harga BBM, bukan karena biaya pendidikan yang mahal. Katakan kepada mereka, mereka tidak perlu khawatir. Kelak generasi mendatang tidak akan terlahir bodoh dan kurang gizi.
LELAKI 2 : Katakan, mereka tidak perlu membuang rahim mereka, seperti apa yang kamu lakukan.
TIBA-TIBA PERUT NAGARI SEMAKIN SAKIT, TANPA TERASA TELAH MENGELUARKAN BANYAK DARAH. MERINTIH KESAKITAN NAGARI MENCOBA BERTAHAN, DIA TIDAK MUNGKIN KELUAR RUMAH, DI LUAR TELAH BANYAK KERUMUNAN, JALANAN MACET.
NAGARI : Apa yang aku alami hari ini, betul-betul menakjubkan, sekaligus menyakitkan.
KEMBALI MUNCUL SUARA DARI MIKROFON DI TENGAH RIUH RENDAHNYA SUARA ORANG-ORANG BERDEMONSTRASI.
SUARA : Tenanglah sudara-saudara. Tenanglah. Sebentar lagi saudara Nagari akan siuman. Berilah kesempatan kepada tim kami untuk melaksanakan tugas. Demi keselamatan saudara Nagari.
NAGARI : (SAMBIL MENAHAN RASA SAKIT) Suara itu, sepertinya aku kenal suara itu. (MENCOBA MEMBUKA MATANYA YANG TERTUTUP RAPAT MENAHAN SAKIT DI PERUTNYA) Ya suara itu, aku mengingatnya dengan baik, asap rokoknya, suara jam dinding, cahaya lampu 25 watt, ruang gelap… ah… (SAKITNYA SEMAKIN PARAH, DARAH MENGALIR TAK TERTAHAN KELUAR DARI PERUTNYA)
BERITA TENTANG NAGARI SEGERA MENYEBAR MELALUI BERBAGAI MACAM MEDIA.
SUARA TELEVISI : Top news, kali ini mewartakan seorang penulis artikel terkenal, bernama Nagari, usia tiga puluh tahun, beralamat di rumah kontrakan 2212. menjadi korban Kriminal, perutnya dikoyak pisau belati oleh sekelompok orang yang menamakan gerakan anti kelahiran generasi baru
SUARA BERITA ITU TERDENGAR BERULANG-ULANG BAIK DI TELEVISI MAUPUN DI RADIO.
NAGARI : (SAMBIL MENAHAN RASA SAKIT) Saya paham, dan tidak perlu dijelaskan, Seperti biasa, seperti berbagai kejadian yang diceritakan teman-teman. Zaman ini tidak memerlukan penjelasan, tidak memerlukan penjelasan (BERTAHAP MULAI PASRAH PADA RASA SAKITNYA) Sebab penjelasan justru akan menebalkan kekaburan.
SUARA BERITA SEMAKIN SANTER TERDENGAR DARI BERBAGAI PENJURU.
NAGARI : (MULAI PASRAH TERHADAP PENYAKITNYA, KARENA TIPIS HARAPAN UNTUK TERTOLONG) Saya tercengang, saya sungguh-sungguh tercengang. Rasanya baru kemarin sore saya duduk di rumah kontrakan ini. Tidak pernah ada kejadian yang luar biasa. Benarkah rahim saya dikoyak pisau belati ? Aneh sekali, untuk apa dikatakan seperti itu. Toh semua teman saya tahu kalau rahim saya dibuang karena ada penyakit tumor di dalamnya, dan darah ini adalah luka tiga hari yang lalu terserempet sepeda karena kecerobohan saya. Phuah ! kepada siapa saya harus menanyakan, kenapa kisah tentang rahim busuk ini menjadi sangat hebat kisahnya, televisi, radio, Koran ramai-ramai mengupasnya. Komentator baru soal politik rahim lahir beratus-ratus dalam seminggu.
LAMPU BLACKOUT. HANYA SEBUAH TELEVISI YANG MENYALA. DARI TELEVISI ITU TERDENGAR SUARA:
SUARA TELEVISI : Mengagumkan, di rumah sakit – rumah sakit kota besar terjadi antrean panjang, mereka sangat khusuk menunggu giliran namanya dipanggil untuk memasuki kamar operasi.
TELEVISI MATI. PANGGUNG GELAP. MASIH TERDENGAR SUARA NAGARI.
NAGARI : Nama saya nagari, usia tiga puluh tahun, di televisi terlihat wajah saya, begitu aneh, teramat aneh.

Selesai


Tentang Puthut Buchori

Nama Lengkap Puthut Buchori Ali Marsono, Kelahiran 6 September 1971. Alumni Jurusan teater ISI Yogyakarta, Selain Menjadi Direktur Artistik Bandungbondowoso ready on stage, Juga direktur Artistik di Teater MASA Jokjakarta, Perfomance Artist Post Punk Perfomance, dan bekerja secara freelance pada beberapa kelompok kesenian. Saat ini aktif menjadi konseptor dan pemimpin redaksi Underground Buletin Sastra ASK [Ajar Sastra Kulonprogo]. Berteater sejak kelas satu SMP di teater JIWA Yogyakarta pimpinan Agung Waskito ER. Telah Berproses teater lebih dari 100 repertoar, baik sebagai sutradara, pemain, tata artistik maupun tata lampu. Pernah membina kelompok teater, antara lain : Teater MAN Yogyakarta 1, Teater Puspanegara SMUN 5 Yogyakarta, SMUN 1 Depok Sleman Yogyakarta, Teater Cassello SMUN 1 Wates Kulonprogo Yogyakarta, Teater Thinthing Wates Kulonprogo Yogyakarta, SMU Kolese GONZAGA Jakarta (event tertentu), Kolese LOYOLA Semarang Jateng (event Tertentu). Teater Sangkar UPN Veteran Yogyakarta, Teater RAI ISI Yogyakarta, Teater DOEA KATA ISI Yogyakarta, dan saat ini sedang merintis kelompok teater di Wates Kulonprogo Yogyakarta. Tinggal di Gowongan Kidul Jt3/412 Yogyakarta, HP. 08179417613, e-mail:masa_teater@yahoo.com

0 komentar: